PETANI BERKOPIAH RESAM
Jumagi adalah seorang petani yang
terletak disebuah desa kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin. Umurnya 41
tahun tetapi tak menghalangi niat baik anaknya untuk menuntut ilmu dan tak
menginginkan anak-anaknya hidup seperti dia. Dia tak pernah
bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni sejak kecil. Mulai
berangkat kesawah sebelum matahari terbit kemudian pulang untuk sholat zuhur
dan kembali lagi kesawah sampai sebelum matahari tenggelam. Menjadi seorang
petani haruslah rajin. “Begitulah
rutinitas saya setiap hari, kami tak menyebutnya ke sawah melainkan ke kantor.
Bukan hanya orang kota saja yang ke kantor. Petani seperti saya juga ke kantor,
yakni sawah,” ucapnya dengan sedikit tawa, Rabu (13/4).
Bapak beranak dua ini tak ingin nasib anaknya berakhir seperti dirinya yang harus putus sekolah sejak Sekolah Dasar lantaran keterbatasan dana. Ia memang lahir dari keluarga miskin pasangan petani sakimin dan ratih. Semua pekerjaan ia lakoni untuk menutupi biaya hidupnya. Mulai menjadi petani, tukang panggul gabah di desanya,tukang kuli. Jika petani lain akan kaya dengan hasil panennya ketika waktu panen tiba, tidak dengan petani yang satu ini. Pekerjaan yang dilakoninya sebagai gabah di desanya menuntutnya untuk berhutang demi menutupi pembayaran gabah yang dijual kepadanya. Dia harus mengangkut gabah yang dijual kepadanya, satu-persatu karung gabah diangkutnya ke gudang dengan sepeda yang sudah tua. Karung demi karung diangkatnya ke atas timbangan untuk ditimbang. Kemudian ditatanya dengan rapi tumpukan gabah itu didalam gudang menunggu giliran untuk dijemur dan menunggu waktu yang tepat untuk dijual agar mendapatkan keuntungan yang sepadan. Tetapi tahun ini harga padi menurun dan hasilnya juga berkurang , tak gampang menjadi seorang petani. Yang menyebabkannya yaitu padi banyak terserang oleh hama, banyak sekali rumput yang tumbuh sehingga padi kalah. Ia harus mampu memutar otak agar hasil panen bisa mencukupi semua kebutuhan hidup. Hasil panen yang didapat sedikit tak sebanding dengan modal yang digunakan untuk menanami kembali sawahnya dan perawatannya. Tak tahu apa lagi yang harus dilakukan dengan keadaan seperti ini kemungkinan dengan kuli yang harus dilakukan. (Redaksi.4b.Eka Munawaroh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar